Sejarah Taman Balekambang
Taman Balekambang dibangun karena cinta. Seperti kisah Taj Mahal di India yang dibangun Kaisar Shah Jahan sebagai lambang cinta abadi kepada istrinya Mumtaz Mahal, Taman Balekambang di Surakarta juga lahir dari rasa sayang KGPAA Mangkunegoro VII kepada kedua putrinya, GRAy Partini dan GRAy Partinah. Dibangun pada 26 Oktober 1921, taman ini menempati lahan seluas 12,8 hektare dan menggabungkan arsitektur Eropa dan Jawa yang kaya akan nilai seni dan budaya. Di dalamnya terdapat dua patung putri yang menjadi simbol kasih sayang sang raja.
Kisah Romantis di Balik Patung Tuin & Partinah
Berdasarkan radar chanel youtube Solopos
Taman ini terbagi menjadi dua area utama: Partini Tuin atau Taman Air Partini, yang berfungsi sebagai penampungan air sekaligus tempat bermain perahu, dan Partinah Bosch atau Hutan Partinah, yang dipenuhi dengan berbagai tumbuhan langka seperti kenari dan beringin putih. Pada masa pemerintahan KGPAA Mangkunegoro VII, taman ini belum dibuka untuk umum. Barulah pada era KGPAA Mangkunegoro VIII, taman ini mulai dibuka untuk masyarakat dan menjadi tempat diselenggarakannya berbagai kesenian rakyat seperti ketoprak lesung.
Seiring berjalannya waktu, Taman Balekambang mengalami revitalisasi pada tahun 2008 dan bertransformasi menjadi taman multifungsi yang menggabungkan seni, budaya, pendidikan, dan rekreasi. Pada 25 Juli 2024, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mendampingi Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam meresmikan penataan kawasan Taman Balekambang yang telah selesai. Penataan ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur hijau dan pelestarian seni serta budaya.